This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 11 Mei 2014

Paket Seserahan Oriflame




Lagi sibuk cari barang-barang seserahan? Ini ada penawaran khusus. Paket seserahan kosmetik berisi produk-produk berkualitas dari Oriflame. Pastinya sudah tahu dooong reputasi produk-produk Oriflame.

Paket kosmetik senilai Rp 600.000 ini terdiri dari:

1. Compact powder Oriflame,
2. Milk and honey body cream,
3. Bronzing pearls Giordani,
4. Volume build maskara,
5. Eye pencils duo,
6. Eyeshadows Very Me,
7. Parfum Ultra Glam,
8. Face Cream Pure Nature Organic Acai & Pomegranate

Murah meriah kan..

Kalau kamu berminat dengan paket seserahan ini, hubungi saja rasimankaryawiredja@gmail.com
atau 0812 1883 4425.

Buruan sebelum kehabisan.. Paketnya terbatas lhoo.. Oya, kamu juga bisa pesan paket seserahan Oriflame yang disesuaikan dengan budget kamu..
Atau yang isinya sesuai dengan keinginan kamu.. Tentunya sesuai budget kamu juga yaaa..

Minggu, 04 September 2011

BKGN 2011: Momentum Periksakan Kesehatan Gigi

Sudahkah kamu menyusun agenda kamu untuk bulan ini? Kalau sudah, ada satu kegiatan penting yang sebaiknya kamu sisipkan di antara jadwal yang sudah kamu buat.  Memangnya apa sih kegiatan penting itu? Kegiatan yang dimaksud itu tidak lain adalah memeriksakan kesehatan gigi kamu.

Kalau selama ini kamu tergolong orang yang tidak mempedulikan kesehatan gigi kamu dan malas memeriksakan gigi ke dokter gigi, bulan September dan Oktober ini adalah waktu yang sangat tepat bagi kamu untuk mulai mengubah kebiasaan buruk kamu. Selama dua bulan ke depan, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) yang bekerja sama dengan salah satu merek pasta gigi, kembali menyelenggarakan program ‘Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2011 yang kegiatan utamanya berupa pemeriksaan gigi secara gratis.

BKGN 2011 dilaksanakan di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Banyuwangi, Bekasi, Malang, Palembang, Medan, Surabaya, Pontianak serta Papua. Adapun alasan yang melatarbelakangi diadakannya BKGN karena masih banyak masyarakat yang enggan merawat dan memeriksakan kesehatan gigi mereka secara teratur ke dokter gigi. Akibatnya, kualitas kesehatan gigi masyarakat Indonesia sangat buruk.

Hal ini terlihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang menunjukkan data yang sangat memprihatinkan. Dari riset tersebut terungkap, secara rata-rata penduduk Indonesia memiliki angka PTI (besarnya keinginan seseorang untuk menambal giginya dalam usaha mempertahankan gigi tetap) sangat rendah yakni hanya sebesar 1,6 persen. Selain itu, sebanyak 89 persen anak-anak di bawah usia 12 tahun mengalami karies atau gigi berlubang atau, dengan kata lain, hanya 11 persen anak Indonesia yang terbebas dari gigi berlubang.

“Masyarakat masih enggan untuk memeriksakan kesehatan giginya ke dokter gigi secara teratur karena rasa takut, sakit yang tidak tertahan dan biaya yang mahal. Padahal, Fakultas Kedokteran Gigi mempunyai fasilitas Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang baik dan tenaga ahli di bidang kesehatan gigi dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat. Melalui program BKGN kami ingin menyampaikan kepada masyarakat kalau pemeriksaan kesehatan gigi itu tidak sakit, tidak menakutkan dan tidak mahal,” kata Prof Dr. H. Eky S. Soeria Soemantri, drg. Sp. Ortho (K), Ketua AFDOKGI yang sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Padjadjaran.

Prof Eky optimis BKGN 2011 akan sukses seperti halnya penyelenggaraan BKGN tahun 2010. Tahun lalu BKGN mendapat tanggapan positif dari masyarakat di seluruh Indonesia, yang terbukti dari banyaknya masyarakat Indonesia yang mendapatkan perawatan gratis dalam program tersebut yakni hampir mencapai 20 ribu orang. Sementara tenaga kesehatan gigi yang terlibat jumlahnya sekitar 2.600 orang yang berasal dari 13 FKG di seluruh Indonesia.

“Secara umum terjadi peningkatan signifikan anggota masyarakat yang mengunjungi Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) di beberapa FKG yang melaksanakan BKGN seperti di Unpad, UGM dan USU. Ini menandakan adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan giginya. Masyarakat juga tidak perlu takut dijadikan kelinci percobaan kalau berobat ke RSGM milik FKG sebab mahasiswa yang praktek di sana diawasi dengan ketat,” imbuh Eky.


Gigi adalah salah satu bagian dari sistem pencernaan pertama. Bila kesehatan gigi terganggu maka akan menyebabkan gangguan pula di sistem pencernaan. Sebab, makanan tidak bisa dicerna dengan benar sehingga lambung dan usus harus bekerja lebih keras. Walhasil, gangguan yang terjadi di gigi akan mengakibatkan gangguan pada sistem tubuh secara keseluruhan.

Pada anak-anak, dampak yang ditimbulkan oleh gangguan yang terjadi di gigi bisa lebih berat daripada pada orang dewasa. Sebagian kandungan makanan yang seharusnya digunakan untuk menghasilkan tenaga dan membantu pertumbuhan badan anak malah dipakai untuk melawan infeksi. Akibatnya pertumbuhan anak dapat ikut terganggu.

“Kegiatan BKGN 2011 ini merupakan kesempatan untuk membawa anak ke dokter gigi ketika gigi anak tidak sedang sakit. Memang seharusnya orang tua tidak membawa anak ke dokter gigi pada saat ada gigi anak yang rusak. Dengan begitu orang tua dapat mengenalkan lingkungan dokter gigi kepada anak, anak dapat berbicara dengan dokter gigi yang selanjutnya menjadi bagian dari dokter keluarga. Kalau anak sudah kenal dengan dokter giginya maka dia tidak akan takut lagi untuk datang ke dokter gigi,” papar drg Zaura Anggraeni, MDS, Ketua Pengurus Besar (PB) PDGI.

Sementara drg Ratu Mirah Afifah, GCClindent., MDSc, Professional Relationship Manager Oral Care PT Unilever Indonesia Tbk, menambahkan, mengunjungi dokter gigi secara rutin setiap enam bulan sekali dan menyikat gigi minimal dua kali sehari pada pagi dan malam hari sebelum tidur merupakan langkah kecil preventif agar kerusakan gigi bisa dicegah sejak dini.

“Pesan inilah yang disampaikan pada BKGN 2011, yang utamanya diarahkan kepada anak dan orang tua. Kami berharap ke depannya mereka sadar akan pentingnya mengunjungi dokter gigi secara rutin serta mengetahui cara dan waktu yang tepat untuk menyikat gigi,” ujar Mirah. (wee/allweddingfun.com)

Sabtu, 20 Agustus 2011

Dokter Kecil Award Kembali Diadakan

Seleksi Dokter Kecil Award kembali digelar untuk memilih dokter kecil terbaik yang berasal dari seluruh Indonesia. Proses seleksi untuk tahun ini dimulai dari tingkat kabupaten/kotamadya yang dilanjutkan ke tingkat provinsi untuk memilih dua dokter kecil terbaik perwakilan dari setiap provinsi. 

Dua dokter kecil tersebut akan mengikuti kompetisi tingkat nasional di Jakarta pada September 2011 untuk memperebutkan piala bergilir Ibu Negara Ani Yudhoyono. Dari seluruh provinsi yang menjadi peserta, 10 provinsi di antaranya merupakan daerah binaan salah satu merek sabun untuk program Sekolah Dasar melalui Gerakan 21 Hari untuk membentuk kebiasaan sehat yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTT, Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Sulawesi Selatan.

Seleksi dokter kecil tingkat provinsi digelar dengan serangkaian kegiatan yang bersifat edukatif dan fun bagi para dokter kecil yakni tes tertulis mengenai materi dokter kecil, lomba madding, lomba puzzle gizi, lomba rally dokcil, lomba P3K. Selain itu juga digelar talkshow kesehatan mengenai materi Gerakan 21 Hari untuk membentuk kebiasaan sehat serta pentas seni gerak dan tari tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dari para dokter kecil.

Dalam rangkaian Dokter Kecil Award, dokter kecil dibekali materi G21H sebagai metode untuk membentuk kebiasaan sehat yang akan disosialisasikan kepada teman sebaya dan keluarganya dengan melakukan kebiasaan sehat minimal lima di saat penting yakni mandi menggunakan sabun, cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebelum makan pagi, CTPS sebelum makan siang dan CTPS sebelum makan malam dan CTPS setelah dari toilet; selama 21 hari berturut-turut tanpa putus agar menjadi perilaku sehat sehari-hari.

Kolaborasi Program

Dokter Kecil Award 2011 merupakan bentuk kolaborasi antara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dengan PT Unilever Indonesia Tbk melalui brand sabun kesehatannya. Kolaborasi dilakukan untuk menggiatkan dan memperkuat program dokter kecil, serta agar program Dokter Kecil yang telah dijalankan oleh masing-masing pihak memiliki jangkauan nasional. Kolaborasi tersebut juga membuat materi yang diberikan lebih berbobot dan cara penyampaiannya lebih beragam. Dalam rangkaian kegiatan Dokter Kecil Award 2011 misalnya, pemberian materi dilakukan dengan talkshow yang menampilkan para ahli kesehatan.

Alasan lain yang mendasari kolaborasi tersebut adalah karena kedua pihak memiliki pandangan yang sama bahwa dokter kecil memiliki peran penting sebagai penggerak kesehatan di sekolah dan di rumah. Saat ini jumlah siswa SD di Indonesia mencapai 31 juta orang. Dengan jumlah yang sangat besar itu, anak-anak usia SD penting dan strategis untuk menjadi sasaran atau pun pelaksana sosialisasi kebiasaan sehat.

“Kami telah aktif merevitalisasi program Dokter Kecil sejak tahun 2007 di mana setiap tahunnya kami memberikan training kepada guru-guru Sekolah Dasar mengenai pelatihan dokter kecil dan memberi dukungan lainnya agar program Dokter Kecil di sekolah-sekolah binaan kami dapat terus berjalan baik. Kami telah mendukung program Dokter Kecil di lebih dari 1.560 sekolah dasar di sepuluh provinsi dan telah berhasil membina lebih dari 51.600 dokter kecil,” papar Amalia Sarah Santi, Senior Brand Manager Lifebuoy.

Peran dokter kecil sebagai agen perubahan telah diakui berbagai kalangan. Laporan UNICEF menunjukkan, komunitas dokter kecil terbukti dapat menjadi agen perubahan dalam menggerakkan budaya hidup sehat di komunitas sekelilingnya. Sementara peran dokter kecil di rumah dalam menyampaikan pesan kesehatan juga mendapat respon yang positif dari orang tua. Hasil penelitian mengungkapkan, orang dewasa di rumah menghormati keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh anak-anak di sekolah sehingga mereka mau mendengarkan pesan-pesan pendidikan kesehatan dari anak-anak.

“Ajakan praktek kebiasaan sehat berupa PHBS dan CTPS yang dilakukan oleh teman sebaya melalui dokter kecil turut mempercepat penerapan kebiasaan sehat di kalangan siswa SD. Selain dari guru, mereka juga mendapatkan pengetahuan dan contoh dari rekannya yang menjadi dokter kecil,” kata Sati Sutjipto, Kepala SDN Pondok Labu 15, yang dokter kecil di sekolahnya kerap menjadi yang terbaik.

Paling tidak ada dua masalah kesehatan yang biasa terjadi pada anak usia SD namun dapat dicegah dengan melakukan kebiasaan sehat , yakni kecacingan dan diare. Hasil survei kecacingan oleh Ditjen P2PL Kementerian Kesehatan menyebutkan, 31,8 persen siswa SD mengalami kecacingan. Kerugian ekonomi  akibat kecacingan seperti kehilangan karbohidrat, protein, anemia dan produktivitas; mencapai Rp 177 miliar per tahun. Sementara diare menempati posisi teratas untuk pola sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia. Untuk pasien rawat jalan, diare termasuk empat besar dalam pola sepuluh penyakit terbanyak.

Di sisi lain, hasil penelitian lembaga swadaya masyarakat (LSM) Spektra terhadap 550 siswa di 11 kabupaten di Jawa Timur yang menjadi SD binaan dokter kecil menunjukkan, perilaku CTPS, terutama sebelum makan, dapat menurunkan tingkat absensi anak akibat sakit diare hingga 11 persen. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan di Yogyakarta oleh LSM Padmaya di daerah binaan menunjukkan bahwa edukasi dan sosialisasi CTPS berdampak pada peningkatan perilaku CTPS hingga 42 persen dan penurunan kasus diare hingga 32 persen. (wee/allweddingfun)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites