Minggu, 04 September 2011

BKGN 2011: Momentum Periksakan Kesehatan Gigi

Sudahkah kamu menyusun agenda kamu untuk bulan ini? Kalau sudah, ada satu kegiatan penting yang sebaiknya kamu sisipkan di antara jadwal yang sudah kamu buat.  Memangnya apa sih kegiatan penting itu? Kegiatan yang dimaksud itu tidak lain adalah memeriksakan kesehatan gigi kamu.

Kalau selama ini kamu tergolong orang yang tidak mempedulikan kesehatan gigi kamu dan malas memeriksakan gigi ke dokter gigi, bulan September dan Oktober ini adalah waktu yang sangat tepat bagi kamu untuk mulai mengubah kebiasaan buruk kamu. Selama dua bulan ke depan, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) yang bekerja sama dengan salah satu merek pasta gigi, kembali menyelenggarakan program ‘Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2011 yang kegiatan utamanya berupa pemeriksaan gigi secara gratis.

BKGN 2011 dilaksanakan di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Banyuwangi, Bekasi, Malang, Palembang, Medan, Surabaya, Pontianak serta Papua. Adapun alasan yang melatarbelakangi diadakannya BKGN karena masih banyak masyarakat yang enggan merawat dan memeriksakan kesehatan gigi mereka secara teratur ke dokter gigi. Akibatnya, kualitas kesehatan gigi masyarakat Indonesia sangat buruk.

Hal ini terlihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang menunjukkan data yang sangat memprihatinkan. Dari riset tersebut terungkap, secara rata-rata penduduk Indonesia memiliki angka PTI (besarnya keinginan seseorang untuk menambal giginya dalam usaha mempertahankan gigi tetap) sangat rendah yakni hanya sebesar 1,6 persen. Selain itu, sebanyak 89 persen anak-anak di bawah usia 12 tahun mengalami karies atau gigi berlubang atau, dengan kata lain, hanya 11 persen anak Indonesia yang terbebas dari gigi berlubang.

“Masyarakat masih enggan untuk memeriksakan kesehatan giginya ke dokter gigi secara teratur karena rasa takut, sakit yang tidak tertahan dan biaya yang mahal. Padahal, Fakultas Kedokteran Gigi mempunyai fasilitas Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang baik dan tenaga ahli di bidang kesehatan gigi dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat. Melalui program BKGN kami ingin menyampaikan kepada masyarakat kalau pemeriksaan kesehatan gigi itu tidak sakit, tidak menakutkan dan tidak mahal,” kata Prof Dr. H. Eky S. Soeria Soemantri, drg. Sp. Ortho (K), Ketua AFDOKGI yang sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Padjadjaran.

Prof Eky optimis BKGN 2011 akan sukses seperti halnya penyelenggaraan BKGN tahun 2010. Tahun lalu BKGN mendapat tanggapan positif dari masyarakat di seluruh Indonesia, yang terbukti dari banyaknya masyarakat Indonesia yang mendapatkan perawatan gratis dalam program tersebut yakni hampir mencapai 20 ribu orang. Sementara tenaga kesehatan gigi yang terlibat jumlahnya sekitar 2.600 orang yang berasal dari 13 FKG di seluruh Indonesia.

“Secara umum terjadi peningkatan signifikan anggota masyarakat yang mengunjungi Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) di beberapa FKG yang melaksanakan BKGN seperti di Unpad, UGM dan USU. Ini menandakan adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan giginya. Masyarakat juga tidak perlu takut dijadikan kelinci percobaan kalau berobat ke RSGM milik FKG sebab mahasiswa yang praktek di sana diawasi dengan ketat,” imbuh Eky.


Gigi adalah salah satu bagian dari sistem pencernaan pertama. Bila kesehatan gigi terganggu maka akan menyebabkan gangguan pula di sistem pencernaan. Sebab, makanan tidak bisa dicerna dengan benar sehingga lambung dan usus harus bekerja lebih keras. Walhasil, gangguan yang terjadi di gigi akan mengakibatkan gangguan pada sistem tubuh secara keseluruhan.

Pada anak-anak, dampak yang ditimbulkan oleh gangguan yang terjadi di gigi bisa lebih berat daripada pada orang dewasa. Sebagian kandungan makanan yang seharusnya digunakan untuk menghasilkan tenaga dan membantu pertumbuhan badan anak malah dipakai untuk melawan infeksi. Akibatnya pertumbuhan anak dapat ikut terganggu.

“Kegiatan BKGN 2011 ini merupakan kesempatan untuk membawa anak ke dokter gigi ketika gigi anak tidak sedang sakit. Memang seharusnya orang tua tidak membawa anak ke dokter gigi pada saat ada gigi anak yang rusak. Dengan begitu orang tua dapat mengenalkan lingkungan dokter gigi kepada anak, anak dapat berbicara dengan dokter gigi yang selanjutnya menjadi bagian dari dokter keluarga. Kalau anak sudah kenal dengan dokter giginya maka dia tidak akan takut lagi untuk datang ke dokter gigi,” papar drg Zaura Anggraeni, MDS, Ketua Pengurus Besar (PB) PDGI.

Sementara drg Ratu Mirah Afifah, GCClindent., MDSc, Professional Relationship Manager Oral Care PT Unilever Indonesia Tbk, menambahkan, mengunjungi dokter gigi secara rutin setiap enam bulan sekali dan menyikat gigi minimal dua kali sehari pada pagi dan malam hari sebelum tidur merupakan langkah kecil preventif agar kerusakan gigi bisa dicegah sejak dini.

“Pesan inilah yang disampaikan pada BKGN 2011, yang utamanya diarahkan kepada anak dan orang tua. Kami berharap ke depannya mereka sadar akan pentingnya mengunjungi dokter gigi secara rutin serta mengetahui cara dan waktu yang tepat untuk menyikat gigi,” ujar Mirah. (wee/allweddingfun.com)

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites