Seleksi Dokter Kecil Award kembali digelar untuk memilih dokter kecil terbaik yang berasal dari seluruh Indonesia. Proses seleksi untuk tahun ini dimulai dari tingkat kabupaten/kotamadya yang dilanjutkan ke tingkat provinsi untuk memilih dua dokter kecil terbaik perwakilan dari setiap provinsi.
Dua dokter kecil tersebut akan mengikuti kompetisi tingkat nasional di Jakarta pada September 2011 untuk memperebutkan piala bergilir Ibu Negara Ani Yudhoyono. Dari seluruh provinsi yang menjadi peserta, 10 provinsi di antaranya merupakan daerah binaan salah satu merek sabun untuk program Sekolah Dasar melalui Gerakan 21 Hari untuk membentuk kebiasaan sehat yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTT, Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Sulawesi Selatan.
Seleksi dokter kecil tingkat provinsi digelar dengan serangkaian kegiatan yang bersifat edukatif dan fun bagi para dokter kecil yakni tes tertulis mengenai materi dokter kecil, lomba madding, lomba puzzle gizi, lomba rally dokcil, lomba P3K. Selain itu juga digelar talkshow kesehatan mengenai materi Gerakan 21 Hari untuk membentuk kebiasaan sehat serta pentas seni gerak dan tari tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dari para dokter kecil.
Dalam rangkaian Dokter Kecil Award, dokter kecil dibekali materi G21H sebagai metode untuk membentuk kebiasaan sehat yang akan disosialisasikan kepada teman sebaya dan keluarganya dengan melakukan kebiasaan sehat minimal lima di saat penting yakni mandi menggunakan sabun, cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebelum makan pagi, CTPS sebelum makan siang dan CTPS sebelum makan malam dan CTPS setelah dari toilet; selama 21 hari berturut-turut tanpa putus agar menjadi perilaku sehat sehari-hari.
Kolaborasi Program
Dokter Kecil Award 2011 merupakan bentuk kolaborasi antara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dengan PT Unilever Indonesia Tbk melalui brand sabun kesehatannya. Kolaborasi dilakukan untuk menggiatkan dan memperkuat program dokter kecil, serta agar program Dokter Kecil yang telah dijalankan oleh masing-masing pihak memiliki jangkauan nasional. Kolaborasi tersebut juga membuat materi yang diberikan lebih berbobot dan cara penyampaiannya lebih beragam. Dalam rangkaian kegiatan Dokter Kecil Award 2011 misalnya, pemberian materi dilakukan dengan talkshow yang menampilkan para ahli kesehatan.
Alasan lain yang mendasari kolaborasi tersebut adalah karena kedua pihak memiliki pandangan yang sama bahwa dokter kecil memiliki peran penting sebagai penggerak kesehatan di sekolah dan di rumah. Saat ini jumlah siswa SD di Indonesia mencapai 31 juta orang. Dengan jumlah yang sangat besar itu, anak-anak usia SD penting dan strategis untuk menjadi sasaran atau pun pelaksana sosialisasi kebiasaan sehat.
“Kami telah aktif merevitalisasi program Dokter Kecil sejak tahun 2007 di mana setiap tahunnya kami memberikan training kepada guru-guru Sekolah Dasar mengenai pelatihan dokter kecil dan memberi dukungan lainnya agar program Dokter Kecil di sekolah-sekolah binaan kami dapat terus berjalan baik. Kami telah mendukung program Dokter Kecil di lebih dari 1.560 sekolah dasar di sepuluh provinsi dan telah berhasil membina lebih dari 51.600 dokter kecil,” papar Amalia Sarah Santi, Senior Brand Manager Lifebuoy.
Peran dokter kecil sebagai agen perubahan telah diakui berbagai kalangan. Laporan UNICEF menunjukkan, komunitas dokter kecil terbukti dapat menjadi agen perubahan dalam menggerakkan budaya hidup sehat di komunitas sekelilingnya. Sementara peran dokter kecil di rumah dalam menyampaikan pesan kesehatan juga mendapat respon yang positif dari orang tua. Hasil penelitian mengungkapkan, orang dewasa di rumah menghormati keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh anak-anak di sekolah sehingga mereka mau mendengarkan pesan-pesan pendidikan kesehatan dari anak-anak.
“Ajakan praktek kebiasaan sehat berupa PHBS dan CTPS yang dilakukan oleh teman sebaya melalui dokter kecil turut mempercepat penerapan kebiasaan sehat di kalangan siswa SD. Selain dari guru, mereka juga mendapatkan pengetahuan dan contoh dari rekannya yang menjadi dokter kecil,” kata Sati Sutjipto, Kepala SDN Pondok Labu 15, yang dokter kecil di sekolahnya kerap menjadi yang terbaik.
Paling tidak ada dua masalah kesehatan yang biasa terjadi pada anak usia SD namun dapat dicegah dengan melakukan kebiasaan sehat , yakni kecacingan dan diare. Hasil survei kecacingan oleh Ditjen P2PL Kementerian Kesehatan menyebutkan, 31,8 persen siswa SD mengalami kecacingan. Kerugian ekonomi akibat kecacingan seperti kehilangan karbohidrat, protein, anemia dan produktivitas; mencapai Rp 177 miliar per tahun. Sementara diare menempati posisi teratas untuk pola sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia. Untuk pasien rawat jalan, diare termasuk empat besar dalam pola sepuluh penyakit terbanyak.
Di sisi lain, hasil penelitian lembaga swadaya masyarakat (LSM) Spektra terhadap 550 siswa di 11 kabupaten di Jawa Timur yang menjadi SD binaan dokter kecil menunjukkan, perilaku CTPS, terutama sebelum makan, dapat menurunkan tingkat absensi anak akibat sakit diare hingga 11 persen. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan di Yogyakarta oleh LSM Padmaya di daerah binaan menunjukkan bahwa edukasi dan sosialisasi CTPS berdampak pada peningkatan perilaku CTPS hingga 42 persen dan penurunan kasus diare hingga 32 persen. (wee/allweddingfun)
0 komentar:
Posting Komentar